Move On dari Wordpress
Tidak ada yang salah dengan Wordpress. In fact, Wordpress adalah salah satu CMS terbaik yang pernah saya gunakan. Mudah digunakan, dukungan plugin yang beragam, theme yang menarik, akhir-akhir ini banyak theme yang menggunakan visual builder, dan tentunya dukungan komunitas yang solid.
Hanya saja, setelah lama menggunakan Wordpress, untuk web pribadi saya ingin move on ke sesuatu yang lebih cepat, lebih minim fitur tapi tepat guna, mudah singkron di lokal, dan lebih nerd-look. Sesuatu yang static web generator dan markdown friendly untuk memudahkan berbagi posting tentang koding. Mulailah mencoba mencari-cari platform yang tepat seperti Jekyll, Hugo, Octopress, dan hexo.
Ternyata Bukan Jekyll
Kalau pilihannya berdasarkan popularitas, pastilah seharusnya saya memilih jekyll. Mindset awal saya adalah blogging tool yang terintegrasi dengan Github, dan jelas Github sudah men-support Jekyll out of the box.
Saya sempat mengikuti tutorial untuk men-generate github pages langsung dari salah satu repository github dengan menggunakan Jekyll. Bahkan github juga menyediakan support beberapa tema untuk Jekyll yang cukup manis dan mudah digunakan dengan hanya klik dan klik di bagian setting dari repository tersebut, dan iya github pages pertama saya telah berhasil di-publish.
Meski cepat, mudah digunakan, dan play well dengan Github saya merasa masih banyak kekurangan yang ada pada konfigurasi awal dari Jekyll. Misalnya yang paling jelas:
- Tidak ada archive untuk postingan terdahulu
- Tidak ada search juga untuk mencari postingan lama
- Tampilan per kategori, juga tidak ada
- Link ke postingan / halaman lain harus dibuat secara explisit
Oke oke, saya tahu bagi anda yang sudah memakai Jekyll pasti akan berargumen semua itu bisa di-setting dengan mudah dengan menggunakan bla bla bla. Masalahnya adalah ketika saya mencoba mencari bagaimana melakukan setting untuk menambahkan fitur tersebut, saya tidak menemukan cara yang straightforward, dan saya tidak sedang dalam mood belajar secara intensive saat mencoba tools baru. Tentu saja saya mengharapkan fitur tersebut sudah tersedia secara out of the box semenjak pertama kali diinstall.
Betemu dengan Hexo
Dan akhirnya bertemu dengan salah satu site generator bernama Hexo. Dokumentasinya straightforward fitur yang saya cari tersedia out of the box, berbasis NodeJS (yang kebetulan sudah terinstall di laptop saya), dan juga ketemu tutorial singkat untuk men-deploy blog pada github pages. Cari lebih dalam lagi, ketemu beberapa pilihan theme yang menurut saya memanjakan mata.
Okay the search is over, saat ini tidak perlu melakukan explore dan perbandingan lebih jauh lagi. Langsung beraksi create & deploy blog pribadi dengan Hexo ke dalam Github Pages, dan hasilnya sangat memuaskan. Dan akhirnya saya memantapkan hati untuk menggunakan Hexo untuk blogging platform.
Yah karena ini baru perkenalan pertama jadi saya masih belum mood untuk mengeksplore lebih jauh lagi apa yang bisa dilakukan dengan Hexo, dan sejauh ini saya cukup puas. Nanti saat udah ada waktu saya akan meng-eksplore lebih jauh lagi penggunaan Hexo termasuk membandingkannya dengan beberapa static web generator lain. Bukan tidak mungkin suatu saat hati saya bakal berlabuh ke Engine lain. Saya tidak akan fanatik dan tidak akan tertutup untuk berbagai macam kemungkinan.
Akhir kalam, tool tetaplah tool. Secantik dan sehebat apapun tool itu tidak akan berguna jika tidak ada yang menggunakannya. Sebaliknya tool yang sederhana bisa menjadi sangat powerfull ketika jatuh di tangan orang yang tepat. Bagaimanapun juga, web pertama dilahirkan oleh seorang Fisikawan dengan menggunakan Komputer Next-nya yang dianggap sebagai produk gagal.
Wallahu A’lam